RESUME TEORI REVOLUSI SOSIOKULTURAL
RESUME
TEORI REVOLUSI SOSIOKULTURAL
Oleh : Nur Anggraini Putri
Teori Sosiokultural ini hakekatnya teori ini
menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan
konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Pada teori ini dikatakan bahwa
fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi dalam diri seseorang akan muncul dan
berasal dari kehidupan sosialnya. Sementara itu fungsi
intramental dipandang sebagai keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui
penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
·
Berikut merupakan pendapat yang menjadi dasar terbentuknya teori belajar
revolusi sosiokultural :
Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena
adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu.
Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding
orang-orang yang lebih dewasa. Keaktifan
siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan
kondisi hanya sekedar memudahkan belajar
Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara
menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan
bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan
fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal
dari kehidupan sosial atau kelompoknya. Kondisi sosial sebagai tempat
penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial
budaya.
Konsep Teori
Belajar Revolusi Sosiokultural
Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky
tentang perkembangan kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori
belajar dan pembelajaran yaitu :
1.
Hukum
genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Pandangan
teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer
dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif
seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau
keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi
terhadap proses-proses sosial tersebut.
2.
Zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau
kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses
pematangan.
- Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental).
- Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental).
3.
Mediasi
Semua perbuatan atau proses psikoogis yang khas
manusiawi dimediasikan dengan psychological tools atau
alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika. Tanda-tanda atau lambang-lambang tersebut yang berfungsi sebagai mediator.
Ada dua jenis mediasi, yaitu :
a. Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self-regulation atau
regulasi diri, meliputi self-planning,self-monitoring, self-checking, dan self-evaluating.
b. Mediasi
kognitif adalah penggunaan alat-alat
kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu
atau subjeck-domain proble. Mediasi kognitif bisa berkaitan
dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin
kebenarannya). Konsep-konsepilmiah yang berhasil diinternalisasikan anak akan
berfungsi sebagai mediator dalam pemecahan masalah.
Aplikasi Teori
Belajar Revolusi Sosiokultural dalam Pembelajaran
Pada setiap perencanaan dan implementasi pembelajaran
perhatian guru harus dipusatkan kepada kelompok anak yang tidak dapat
memecahkan masalah belajar sendiri, yaitu mereka yang hanya dapat solve
problems with help. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan
tingkatan bantuan (helps) yang dapat memfasilitasi anak agar dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Dalam kosa kata “Psikologi
Kognitif, “bantuan-bantuan ini dikenal
sebagai cognitive scaffolding. Bantuan-bantuan tersebut dapat dalam
bentuk pemberian contoh-contoh, petunjuk atau pedoman mengerjakan, bagan/alur,
langkah-langkah atau prosedur melakukan tugas, pemberian balikan, dan
sebagainya. Bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau teman
yang lebih kompeten sangat efektif untuk meningkatkan produktifitas belajar. Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif-kolaboratif,
serta pembelajaran kontekstual sangat tepat diterapkan. Anak yang tidak
mampu menyelesaikan masalahnya maka harus diberikan berbagai bantuan atau scaffolding yang disiapkan, dan anak
yang sudah dapat menyelesaikan masalahnya harus ditingkatkan tuntutannya.
Keuntungan Teori Belajar Revolusi Sosiokultural
- Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
- Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya
- Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
- Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuannya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah
- Proses belajar dan pembelajaran lebih merupakan mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Kelemahan Teori
Belajar Revolusi Sosiokultural
Kelemahan dari teori belajar revolusi sosiokultural
yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang
tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar,
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh
karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.
SEMOGA BERMANFAAT :)
Komentar
Posting Komentar